Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Herum Fajarwati berkesempatan
menjadi salah satu narasumber pada acara diskusi fokus yang digelar
Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Gorontalo. Kegiatan tersebut
berlangsung di Gedung Tepi Sawah, Kota Gorontalo, pada Senin
(30/11/2020) dengan mengangkat tema recovery ekonomi dan stabilitas
daerah di masa pandemi. Acara yang diketuai oleh Ketua DPRD Provinsi
Gorontalo, Paris RA Jusuf, tersebut dibuka langsung oleh Wakil Gubernur
Gorontalo, Idris Rahim. Berkonsep diskusi panel, acara menghadirkan dua
narasumber lainnya yaitu Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo, Budiyanto
Sidiki, dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo,
Budi Widihartanto.
Dalam sambutannya Idris
mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah berpengaruh pada melambatnya
pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun daerah. Diungkapkannya,
pada Triwulan I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih positif
pada angka 2,97 persen, pada triwulan II turun menjadi negatif 5,32
persen dan pada triwulan III negatif 3,49 persen. Pertumbuhan ekonomi
Gorontalo pada triwulan I juga masih positif pada angka 4,05 persen
masih berada pada angka positif. Namun pada Triwulan II mengalami
pertumbuhan negatif 0,27 persen dan Triwulan III negatif 0,07 persen,
sehingga kita mengalami resesi ekonomi.
“Oleh karena itu sejak awal
pandemi ini Pemprov Gorontalo segera mengambil langkah strategis dengan
melakukan refocussing dan realokasi anggaran untuk penyediaan sarana
prasarana kesehatan, program Jaring Pengaman Sosial, serta stimulus
ekonomi bagi sektor UMKM,” tambah Idris.
Senada dengan Idris, dalam
paparannya Herum mengungkapkan pada triwulan II dan III pergerakan
ekonomi menurun dibandingkan dengan triwulan I, atau mengalami
kontraksi. Kondisi ini sejalan dengan kondisi kasus covid-19 di provinsi
Gorontalo dan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Ada 2 kategori lapangan usaha yang sangat terdampak atau menurun
akibat covid-19 yaitu 1) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor, 2) penyediaan akomodasi dan makan minum.” Ungkap
Herum.
Herum mengungkapkan pandemi covid-19 juga memberi dampak
pada kondisi ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Sakernas
Agustus 2020 yang mengakomodir rekomendasi ILO, dari 893.745 penduduk
usia kerja, 118.192 atau sekitar 13,22persen terdampak covid. Lebih
rinci karena adanya covid-19 terdapat 6.310 orang menjadi pengangguran,
5.730 orang sementara tidak bekerja, 103.299 orang bekerja dengan
pengurangan jam kerja, dan 2.853 angkatan kerja berubah menjadi bukan
angkatan kerja. “Namun demikian bila dibandingkan dengan nasional,
pertumbuhan ekonomi provinsi Gorontalo relatif lebih baik” pungkasnya.