Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Provinsi Gorontalo,
Abdul Asman, hadir memaparkan perkembangan
inflasi Kota Gorontalo pada acara High
Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo
di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo pada (16/03). Acara
tersebut digelar dalam rangka mengevaluasi perkembangan inflasi di Kota Gorontalo selama tahun 2020
dan awal tahun 2021, demi terjaganya kestabilan harga-harga berbagai komoditas yang dikonsumsi serta untuk
meningkatkan daya beli masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Tingkat inflasi di Kota Gorontalo
pada dua bulan pertama di tahun 2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan tingkat
inflasi nasional. BPS Provinsi Gorontalo
mencatat inflasi Kota Gorontalo
pada bulan Januari dan Februari yaitu sebesar 0,61 persen dan 0,22 persen
sementara inflasi nasional mencapai 0,26 persen dan 0,10
persen. Menyikapi potensi inflasi di awal tahun 2021 yang tinggi, dalam
sambutannya Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim, menginstruksikan TPID Provinsi
dan Kabupaten/Kota untuk mengimplementasikan prinsip 4K, yaitu menjaga
Keterjangkauan harga, Kecukupan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi
yang efektif.
Dalam paparannya Asman mengungkapkan, peningkatan inflasi pada dua bulan pertama 2021 dapat dimaklumi mengingat
selama tahun 2020 kondisi harga berbagai
komoditas barang dan jasa di Kota Gorontalo dapat
dikatakan sangat “stabil”. “Karena
memang pergerakan harga-harga berbagai komoditas selama tahun 2020 cukup
terkendali sehingga mungkin di awal
tahun 2021 ada semacam arus balik kembali kepada kondisi normal, sesuai dengan kembali meningkatnya
permintaan konsumen.” tambahnya.
Terkait bulan Ramadhan yang semakin dekat Asman menjelaskan
pergerakan harga komoditas-komoditas
tertentu perlu dipantau agar inflasi tetap terkendali.
“Distribusi dan ketersediaan beberapa
komoditas kebutuhan pokok manyarakat yang
penimbangnya dalam penghitungan inflasi
cukup besar itu memang harus dipantau. Dalam arti jangan sampai terjadi
kenaikan harga yang cukup
besar. Sebagai contoh adalah komoditas beras dan Barito (Bawang, Rica, dan Tomat). Secara umum beras itu dalam diagram
timbang kita itu (penimbangnya) sekitar 4,15 persen. Ketika harganya bergerak naik,maka
akan sangat mempengaruhi besaran inflasi
kita. Tapi Alhamdulillah dalam tiga
tahun terakhir harga beras kita stabil.” urainya.
Menutup acara tersebut, Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim menghimbau
TPID untuk melakukan tindakan nyata dan terukur untuk menjaga kestabilan
inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat pada masa pandemi Covid-19. “Saya
minta kabupaten/kota agar melaksanakan operasi pasar dengan mengedepankan
protokol kesehatan. Saya harapkan ini segera ditindaklanjuti dan dilaporkan
setiap minggu secara tertulis ke TPID Provinsi,” pungkasnya.
Turut hadir Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo,
Budi Widihartanto sebagai narasumber dan ketua harian TPID Kabupaten/Kota yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Gorontalo sebagai peserta.